Intel akatsuki corporation

Intel akatsuki corporation
akatsuki

Kamis, 27 Mei 2010

bahasa indonesia syamsyul

CERPEN
Bagaimana cara menulis cerpen yang “baik”?

Jujur saja, saya bingung saat diberi pertanyaan seperti ini, karena bagaimanapun cerpen adalah karya seni, dan karya seni memiliki nilai yang subjektif. Suatu karya yang dianggap “baik” mungkin dianggap “buruk” atau “jelek” bagi pihak lain, karena tiap pembaca dan penulis memiliki selera yang berbeda-beda.

Saya sendiri dalam menulis cerpen, biasanya akan menulis cerpen yang saya suka dan topiknya saya kuasai. Saya menyukai mitologi dan fantasi, maka saya membaca berbagai referensi mitologi untuk memperkuat pengetahuan saya. Tidak ada salahnya untuk melakukan “learning by copying”. Jika kita menyukai gaya tulisan seseorang, tidak ada salahnya jika mulai menulis dengan “meniru” gaya sang penulis, karena perlahan, akan ada titik kita akan jenuh meniru gaya orang lain, dan akhirnya menemukan gaya kita sendiri.
Setelah menulis cerpen atau novel, akan lebih baik juga jika kita melakukan self-editing pada karya tersebut. Tanyakanlah pada diri kamu: apakah cerita ini sudah sesuai dengan yang saya inginkan? Apakah ceritanya tipikal? Apakah karakter dari pemeran-pemeran dalam karya tersebut berkembang atau jalan ditempat? Apakah karya ini mengikuti klise yang sudah ada?

Klise tidak bisa kita hindari. Joseph Campbell, seorang ahli mitologi komparatif, dan pengarang buku The Hero with a Thousand Faces mengemukakan bahwa seluruh kisah yang muncul di segala mitologi, teks religi, sampai epos modern Star Wars ataupun Harry Potter, mereka semua sebenarnya memiliki tema yang sama, dengan variasi yang tidak terbatas. Kenapa terkadang kita mendengar sebuah novel dianggap picisan atau diberi label ‘sampah’ oleh beberapa pembaca? Umumnya, karya-karya tersebut adalah karya yang dianggap tidak unik, dan jalan ceritanya tertebak dari awal. Klise. Akan lebih baik jika kita mengetahui seberapa klise karya yang kita buat, sehingga kita dapat menghindarinya, dan membuat plot-plot twist yang membuat cerita menjadi unik.

Umpan balik dari pembaca juga penting, ada baiknya penulis juga memiliki “beta reader”, orang-orang yang mau membaca karya kita pada tahap awal, dan memberikan masukan konstruktif pada kita, sehingga bisa mendorong kita memperbaiki kelemahan-kelemahan dari karya kita.

Tidak boleh terlupakan juga, tulislah cerpen atau tulisan yang bisa anda nikmati. Jika dari awal saja kita tidak bisa menikmati cerpen yang kita tulis, bagaimana orang lain bisa menikmatinya?
Selamat menulis!

http://blog.gagasmedia.net/


Ketemu Kahlil
Aku ketemu Kahlil di simpang jalan di pinggiran Paris, ia menenteng sketsa lukisan insan-insan telanjang.
"Cinta-kah yang sedang kau lukiskan?", tanyaku padanya.
Kahlil: “No, aku tak melukis cinta, tapi cinta yang mengukirku kemudian aku menjadi etalasenya”.
Aku: “Wah, kata-katamu jauh lebih fantastis dari semua sketsamu, ajarilah aku menemukan kata cinta yang memukau.
Kahlil: ”Kalau kau jatuh cinta semua katamu pasti memukau”.
Aku: “Tapi mengapa semua cinta selalu menjauh ketika ku mulai berkata-kata?"
Kahlil: “Bicaralah lewat hati sebab di sana tempat cinta sejati”.
Aku: ”Cinta sejati? Cinta macam apa itu?"
Kahlil: “Bila cinta memanggilmu ikutlah walau jalanya terjal berliku dan ucapanya membuyarkan semua mimpimu. Jatuh cintalah, maka cinta akan menghampirimu dan kan kau temukan arti kesejatiannya”.
Aku: “Aku telah dan sedang jatuh cinta, tapi mengapa cinta tak jua menghampiriku?”
Kahlil: “Cape ahh tanya melulu. Lagian apa gak tau Gua Juga Jomblo nih!!!!!”
Kemudian Kahlil menyelinap di antara keramaian Paris yang terasa sepi baginya. Ia meninggalkanku begitu saja, dan Paris tiba-tiba menjadi sunyi dalam kesendirianku....
Berpuluh-puluh hingga ratus tahun kemudian, aku kembali bertemu Kahlil dalam tumpukan buku “Tetralogi Masterpiece Kahlil Gibran”, ia sedang mendakwahiku tentang hidup dan cinta. Namun kututup telingaku rapat-rapat sambil kutitipkan selarik ayat cinta:
“Cinta adalah realita yang bisa didefinisikan secara bebas, dan tiap orang berhak mendefinisikannya”Dan ketahuilah definisiku tentang cinta (saat ini): SIKSASambil terus berdakwah Kahlil melirikku, tersenyum, lalu ia pergi ketika dakwahnya belum usai. Kukejar pun sia-sia, pasti ia sedang bikin surat cinta, atau sedang meralat dakwahnya tentang cinta.
Waingapu, 23 Juli 2009
(Untuk semua yang sedang Jatuh Cinta)
http://www.waingapu.com
Hikayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang.
Hikayat Si Miskin
Maharaja Angkasa Indera Dewa atau Betara Angkasa Indera Dewa turun dari Kayangan ke dunia bersama isterinya tanpa kebenaran Betara Guru, lantas disumpah menjadi sepasang suami isteri yang miskin melarat. Sebaik mendekati balai Istana Maharaja Indera Dewa di negeri Anta Beranta kerana ingin mengadap baginda, mereka dihalau dengan kayu dan batu. Terpaksa tinggal di pinggir hutan serta mencari sisa makanan dari timbunan sampah. Menemui sebiji ketupat basi dan sebuku tebu sebagai mengalas perut. Setiap hari apabila mereka mencari rezeki di mana- mana, nasib yang serupa menimpa, dihalau. Semua orang memanggil mereka Si Miskin.

Sebenarnya ketupat dan buku tebu itu ialah putera dan puteri Betara Karma Jaya yang turun ke dunia dalam bentuk demikian setelah dipuja oleh baginda, terjatuh ke dalam timbunan sampah.

Isteri Maharaja Angkasa Indera Dewa, Dewi Rencana hamil dan Maharaja Angkasa Indera Dewa menjadi semakin gusar dengan nasib mereka dan isterinya yang mengidam buah mempelam di taman Maharaja Indera Dewa. Perubahan sikap orang ramai terhadapnya menyebabkan ia mendapat banyak makanan dan buah –buahan. Namun, isterinya hanya idamkan buah mempelam di taman Maharaja Indera Dewa itu juga. Amat menghairankan apabila raja tersebut dengan senang hati memberi setangkai mempelam, kemudian pula sebiji nangka idaman isterinya.

Isteri Si Miskin melahirkan seorang anak lelaki yang terlalu elok rupanya, dinamakan Marakarma. Dia membawa keluarganya berpindah ke suatu tempat. Sedang ia menggali lubang untuk mendirikan tiang, ia bertemu harta karun; tajau berisi penuh kepingan emas. Dapatlah ia membeli segala keperluannya; kaus, payung, pedang, otar –otar, keris, pelana kuda, tongkat dan kain.

Ia pulang ke rumah lalu mandi berlimau. Kemudian dipangku anaknya sampai menyeru sekira anaknya keturunan dewa, hendaklah terjadi kota istana selengkapnya di dalam hutan itu. Takdir Allah, zahirlah sebuah Negara kota yang serba lengkap dengan segala menteri, hulubalang, rakyat dan raja –raja jajahan takluknya. Si Miskin menjadi raja bergelar Maharaja Indera Angkasa dan, isterinya bergelar Tuan Puteri Ratna Dewa dan Negara ciptaan itu bernama Puspa Sari. Baginda memperoleh seorang puteri pula, dinamakan Nila Kesuma. Maharaja Indera Dewa, raja Anta Beranta dengki dengan apa dimiliki oleh Maharaja Indera Angkasa, lalu menghasut ahli nukum supaya menyatakan kedua –dua anakdanya bakal membawa kecelakaan. Mempercayainya, Maharaja Indera Angkasa lantas menghalau mereka daripada istananya. Hanya berbekalkan tujuh biji ketupat, sebentuk cincin dan sebiji gemala, kanak –kanak dua beradik menuju ke hutan.
Tuan Puteri Cahaya Khairani yang jelita itu telah diculik oleh raksasa. Ayahandanya, Maharaja Malai Kisna memerintahkan segala rakyat bala tentera mencari disegenap pelusuk negeri mereka, Mercu Indera namun gagal. Adinda Puteri Chaya Khairani, Raja Bujangga Indera berangkat ke Tasik Indera Samudera, tempat bermain segala anak dara dewa, mambang, pari dan jin untuk bertemasya sambil bertanya khabar kekandanya itu.
Tiga hari selepas Marakarma meninggalkan Puspa Sari, negeri itu hangus terbakar. Rakyat bertempiaran lari. Tinggallah ayahanda dan bondanya menjadi Si Miskin semula. Barulah disedari dirinya termakan fitnah. Marakarma turut tiba di Tasik Samudera Indera dan sempat berkenalan dengan segala anak raja dan mambang seperti Raja Makardi, Raja Cendera Lela, Raja Dikar Agas Peri dan lain –lain termasuklah Raja Bujangga Indera, adinda Puteri Cahaya Khairani. Sebelum pulang, mereka semua memberi ilmu kesaktian kepada Marakarma. Satu kejadian malang telah memisahkan mereka berdua apabila Marakarma memasuki kebun jagung orang kerana mencari api untuk membakar burung yang ditangkap. Marakarma disangka pencuri, dibelasah sehingga pengsan. Disangka mati, pekebun itu mengikat Marakarma dan dibuang ke laut. Raja Mengindera Sari, putera Maharaja Puspa Indera dari negeri Pelinggam Cahaya berburu di hutan telah menemui Puteri Nila Kesuma, dibawa pulang dan dipelihara dengan penuh kemuliaan oleh ayahanda dan bonda. Dinamakan Puteri Mayang Mengurai. Meningkat remaja, Puteri Mayang Mengurai amat jelita dan Raja Mengindera Sari menaruh hati terhadap saudara angkatnya itu. Mereka akhirnya dijodohkan.

Marakarma dihanyutkan arus terdampar di pantai berhampiran dengan gua kediaman raksasa yang menculik Puteri Cahaya Khairani. Raksasa keluar mencari makan selama tiga bulan barulah kembali semula bertanya Puteri Cahaya Khairani sama ada hati puteri itu cukup besar untuk dimakan. Dengan helah mereka berdua raksasa suami isteri terbunuh; nyanyian raksasa menyebabkan segala binatang di hutan bertempiaran jauh daripada kediaman raksasa. Terpaksalah ia pergi jauh untuk menangkap mangsanya. Marakarma menggali lubang dan menanam ranjau. Sampah dihimpun disambung dengan tali sumbu dibakar. Tiga hari kemudian, raksasa melihat api semarak di kediamannya menerpa balik lalu jatuh ke dalam lubang beranjau.

Marakarma dan Puteri Cahaya Khairani menumpang sebuah kapal seorang saudagar menuju ke negeri Pelinggam Cahaya. Puteri Cahaya yang jelita dan harta raksasa yang dibawa bersama menyebabkan Marakarma ditolak oleh nakhoda jatuh ke laut. Puteri Cahaya Khairani dikurung dan dilindung oleh jurumudi. Marakarma ditelan oleh ikan yu dibawa terdampar dekat kapal berkenaan. Burung helang meminta Nenek Kebayan membelah ikan yu dengan daun padi, lalu keluarlah Marakarma. Baginda akhirnya mengetahui bahawa Puteri Mayang Mengurai, isteri Raja Mengindera itu saudaranya dan Puteri Cahaya Khairani pula ditangan nakhoda. Nenek Kebayan menjual gubahan bunga kepada Puteri Cahaya Khairani untuk membuka rahsia di mana suaminya, Marakarma berada. Satu jamuan diadakan oleh raja untuk meraikan saudagar dan ‘isteri’ yang berakhir dengan tertangkap nakhoda apabila Marakarma muncul dengan penuh kelengkapan kerana kesaktiannya. Puteri Cahaya Khairani kembali ke pangkuannya. Terjadilah pertemuan menyayat hati antara sesama mereka dua beradik; Marakarma dan Puteri Mayang Mengurai (Puteri Nila Kesuma).

Baginda pulang ke negeri Puspa Sari dan mendapati telah ghaib. Menemui ayah dan bonda semula sebagai ‘Si Miskin’. Puspa Sari dicipta semula dengan hikmatnya. Isteri, adinda yang bersama suaminya dibawa menemui ayah binda di Puspa Sari.
Musuh tradisi, Maharaja Indera Dewa dari Anta Beranta menyerang Puspa Sari. Tercetuslah perang besarayng mempamerkan berbagai kesaktian. Marakarma menyeru hadir rakan –rakannya tujuh anak jin yang ditemui di Tasik Samudera Indera dahulu. Semuanya hadir membantu perang tanding ini. Maharaja Indera Dewa ditewaskan tetapi meminta nyawa Puteri Nila Cahaya. Antara rakan yang membantu ialah Raja Bujangga Dewa, saudara Puteri Cahaya Khairani. Raja Bujangga Dewa dikahwinkan dengan Puteri Nila Cahaya dan memerintah negeri Anta Beranta. Marakarma menjadi raja negeri mertuanya Mercu Indera sementara Mengindera Sari pula memerintah negeri asalnya, Pelinggam Cahaya.
http://malaysiana.pnm.my
pengemis dan putri raja
Tersebutlah seorang putri raja yang cantik jelita. Karena
bergelimang harta, Sang Putri mempunyai sifat buruk. Ia selalu
menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu.
Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan putrinya.
Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan
perhiasan dari intan permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci
perhiasan dari berbagai negeri.
Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota. Setelah singgah di berbagai
tempat, mereka berhenti di depan bangunan indah. Di depan bangunan itu terdapat air
mancur. Sang Putri sangat terpesona dengan air mancur yang elok itu. Air mancur itu
memancarkan butir-butir air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari, butiranbutir
air itu memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang Putri semakin
terpesona.
Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta dibuatkan air mancur di depan istana. Raja
mengabulkan permintaan itu. Maka berdirilah air mancur nan megah seperti keinginan
Sang Putri. Bukan main gembiranya Sang Putri. Tiap hari ia memandangi air mancur itu.
Suatu hari ketika Sang Putri duduk di pinggir air mancur itu, jari manisnya kejatuhan air
mancur. Butiran air itu menjalar melingkari jari manis Sang Putri laksana cincin. Begitu
tersinari matahari, lingkaran air itu memancarkan cahaya bak cincin permata. Sang Putri
berdecak kagum. Ia berlari menemui Sang Raja.
"Ayahanda, saya ingin dibuatkan cincin permata dari butiran air," pinta Sang Putri.
Raja tak kuasa menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi
kerajaan mencari ahli permata.
Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli
permata mendengarkan dengan seksama.
"Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan seperti itu. Hamba minta
waktu untuk memikirkannya," kata ahli permata. Ia tampak kebingungan.
"Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau gagal, penjara telah menantimu!" tukas
Sang Raja.
Dua hari kemudian, ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia tak dapat
memenuhi permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli permata itu dijebloskan ke
penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan mencari ahli permata lain. Tapi, beberapa
ahli permata yang datang ke istana mengalami nasib serupa dengan ahli permata pertama.
Raja sudah putus asa. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi demi putri kesayangannya.
Sementara itu, Sang Putri terus menuntut agar permintaannya dikabulkan. Tiba-tiba
seorang pengemis tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana.
"Kamu ahli permata?" sergah Sang Raja.
"Bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi, mengapa Baginda menanyakan ahli
permata?" Si Pengemis balik bertanya.
Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya.
"Izinkan hamba mencobanya, Baginda," ujar Si Pengemis kemudian.
"Awas, kalau gagal, penjara tempatmu!" ancam Sang Raja.
Si Pengemis kemudian memanggil Sang Putri.
"Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!" pinta Si Pengemis kepada Sang Putri
seraya menunjuk air mancur di depan istana.
Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar memiliki cincin
yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia menengadahkan tangannya. Sebutir
air jatuh tepat di atas telapak tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis.
Tapi, sebelum sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis. Sang Putri
mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu membawa butiran
air. Memang hari itu sedang sangat panas sehingga membuat butiran air cepat menguap.
Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia datang pada saat cuaca panas.
"Kalau butiran airnya tidak ada, bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang
Putri?
Saya kira tak seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada. Hamba
khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat julukan putri bodoh
karena menginginkan sesuatu yang tak ada."
Sesudah berkata demikian, Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana.
Apa yang dikatakan Si Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri menyadari
kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli permata. Seluruh perhiasan
intan permata yang dimiliki Sang Putri dibagikan kepada ahli permata sebagai ganti rugi.
Sejak saat itu Sang Putri hidup sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.
http://kumpulan-dongeng.blogspot.com
Drama
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Drama (Yunani Kuno δρᾶμα) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "aksi", "perbuatan".
Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera (lihat melodrama).
Di Indonesia, pertunjukan sejenis drama mempunyai istilah yang bermacam-macam. Seperti: Wayang orang, ketoprak, ludruk (di Jawa Tengah dan Jawa Timur), lenong (Betawi), randai (minang), reog (Jawa Barat), rangda (Bali) dan sebagainya.
NASKAH DRAMA
Tokoh:
Tomy
Ratih
Mala
Anggi
Nina
Salwa
Adim
Fano
Nanda
Ijonk
Latar belakang: Rumah Kos
Alur: Maju
Di kamar kos Ratih dan Mala, di suatu senja yang mendung.
Ratih: Kau mencuri uangku!!! (dengan nada tercekat sambil menunjuk pada Mala yang duduk ruangan)
Kau tak tahu uang apa itu Mala. Itu uang kuliahku (menangis menggema memenuhi ruangan)
Mala: (terdiam mendengar tangisan Ratih yang semakin mengeras)
Anggi, Nina, Salwa, Nanda: (mendatangi kamar Ratih dan Mala dengan kebingungan)
Nanda: Ada apa ini? Apa-apaan kau ini Ratih? Kau apakan Mala? (sambil mendekati Mala)
Mala: Aku tak pernah menyentuh barangmu Tih. Mana mungkin aku mencuri.
Anggi: Berapa uang yang hilang itu Ratih?
Ratih: Bukan hilang Anggi. Tapi dia… (tangan bergetar menunjuk ke arah Mala). Tapi dia yang mencuri.
Anggi: Aku tanya berapa? (dengan nada sabar)
Ratih: Satu juta Nggi.. satu juta…
Itu semua hasil kerja kerasku selama ini untuk membayar kuliahku.
Tapi dia curi seenaknya.
Mala: (terus terisak pilu, sambil menundukkan kepala)
Nina: Ratih….
Belum tentu Mala yang mencurinya…
Siapa tahu kau lupa menempatkannya.
Salwa: Betul kata Nina itu Rat. Kita cari saja (sambil memakan keripik kentang yang ada di tangan kanan nya)
Ratih: Wa… Aku punya bukti bahwa dia!! Pencurinya.
Mala: Apa buktinya? (dengan nada gemetar)
Ratih: (berjalan dengan mantab menuju meja rias Mala dan mengambil beberapa bungkus tas belanja.
Ratih: Apa ini Mala? Apa ini? Dari mana uang yang kau gunakan untuk membeli semua ini?
Mala: Itu… (kaget dan bingung)
Ratih: Itu apa? Kau tak mau mengaku kan? (matanya melotot ke arah Mala dan bersiap-siap untuk menerjang Mala)
Nina, Salwa: (mencegah Ratih dengan cepat)
Ratih: Mana ada pencuri yang mengaku. Awas kau Mala!
Nanda: Mala, apa benar kau beli semua barang itu dengan uang Ratih?
Mala: Itu… Itu aku beli bersama Tomy dengan uangku sendiri ditambahin Tomy, kemarin setelah selesai recital.
Ratih: Kau! (sambil menuding Mala) Bukan uang saja yang kau curi, pacarku juga kau rampas. (meronta-ronta melepaskan tangan Nina dan Salwa) Lepaskan! Lepaskan! Biar kuhajar dia! Lepaskan Nin!
Nina, Salwa: (semakin kuat menahan Ratih)
Mala: (sedikit menjauh dari Ratih dan mendekat ke Nanda)
Anggi: Tega kau Mala. Untuk apa kau pergi dengan Tomy? Aduh, pantas malam setelah recital itu kau tak nampak sama sekali.
Mala: Ratih… maafkan aku.. aku hanya pergi untuk membeli keperluan recital kalian… Lihat! (Sambil mengeluarkan semua barang-barang di dalam tas belanja) Lihat ini gaun untuk kalian. Ini perlengkapan untukmu Ratih. Lihat ini! (terus tersedu-sedu) Aku tak seperti yang kalian pikirkan. Aku tak seburuk itu.













Puisi
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan hukan pada pokok puisi tersebut.
mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.




KUMPULAN PUISI

cinta yang tak pasti
August 5, 2009 by cematXXX
Filed under Tema Cinta
mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti
mungkin aku tak sengaja jg mnykiti
andai aku tau isi hatimu
andai kesempatan itu datang lagi padaku
sekarang mustahil bagiku
bahkan menyentuh bayangmu, aku tak mampu
sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku
dan cinta ni jadi sesak dalam dadaku
aku tau cinta ini sudah tak laku
tapi biarkan cinta ini aku miliki
biarkan cinta ni menjadi bebanku
aku tak peduli
meski menghambat jalanku
aku tau mencintaimu adalah tak pasti
Keagungan-Mu
Seandainya bila Aku harus pulang..
aku ingin menyebut nama mu
untuk yang terakhir kali,
karena selama aku telah lalai
dan telah jatuh ke dunia yang sangat sangat hitam.

Di mana aku
oh di mana aku ini,
aku tidak tahu
bekal apa yang harus ku bawa pulang nanti

Ya tuhan selama ini hamba mencurangi waktu,
tidak pernah berpikir dengan hati yang jernih,
berakal dan penuh dengan keiklasan,
hamba hanya meninggi-niggi kan diri hamba

Ya tuhan
berikanlah hamba setetes karuniamu
agar hamba tidak lagi tersesat
kejurang yang hitam
dimana hamba hanya sementara saja berpijak didalam nya

YA tuhan
jika hamba memang harus pulang
berikanlah hamba setetes hidayah
agar hamba tidak lagi curang didunia mu ini
biarkan hamba membawa bekal setitik saja..
amal amal dan kebaikan
agar hamba tidak tersesat di alam yang berikutnya.
Amin ya robbal allamin...
Arie Bagaskara
"Kata-Kata Indah Para Pujangga"





PANTUN
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).
Pantun Adat
Menanam kelapa di pulau Bukum
Tinggi sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum bersandar di Kitabullah
Ikan berenang didalam lubuk
Ikan belida dadanya panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
Bukan lebah sembarang lebah
Lebah bersarang dibuku buluh
Bukan sembah sembarang sembah
Sembah bersarang jari sepuluh
Pohon nangka berbuah lebat
Bilalah masak harum juga
Berumpun pusaka berupa adat
Daerah berluhak alam beraja
aku naik pohon aku minum madu aku minta mohon aku main madu

hikayat bunga kemuning

Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang
puteri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja
yang bijaksana. Tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya,
karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anakanaknya.
Istri sang raja sudah meninggal dunia ketika
melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang raja
diasuh oleh inang pengasuh. Puteri-puteri Raja menjadi
manja dan nakal.
Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah
mereka. Pertengkaran sering terjadi diantara mereka.
Kesepuluh puteri itu dinamai dengan nama-nama warna. Puteri Sulung bernama Puteri
Jambon. Adik-adiknya dinamai Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu,
Puteri Oranye, Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning, Baju yang mereka pun berwarna
sama dengan nama mereka. Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali
mereka dari jauh. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning
sedikit berbeda, Ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan
tersenyum ramah kepada siapapun. Ia lebih suka bebergian dengan inang pengasuh
daripada dengan kakak-kakaknya.
Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya. "Aku
hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?" tanya raja. "Aku
ingin perhiasan yang mahal," kata Puteri Jambon. "Aku mau kain sutra yang berkilaukilau,"
kata Puteri Jingga. 9 anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda
mereka. Tetapi lain halnya dengan Puteri Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang
lengan ayahnya. "Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat," katanya. Kakakkakaknya
tertawa dan mencemoohkannya. "Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja
aku akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah buatmu," kata sang raja.
Tak lama kemudian, raja pun pergi.
Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak
inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk menuruti
permintaan para puteri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman istana.
Puteri Kuning sangat sedih melihatnya karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya.
Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun
kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya
hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya, namun Puteri Kuning tetap berkeras
mengerjakannya.
Kakak-kakak Puteri Kuning yang melihat adiknya menyapu,
tertawa keras-keras. "Lihat tampaknya kita punya pelayan
baru,"kata seorang diantaranya. "Hai pelayan! Masih ada
kotoran nih!" ujar seorang yang lain sambil melemparkan
sampah. Taman istana yang sudah rapi, kembali acakacakan.
Puteri Kuning diam saja dan menyapu sampahsampah
itu. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang
sampai Puteri
Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang dipaksa
mematuhi berbagai perintah kakak-kakaknya.
"Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk
kalian. Bisanya hanya mengganggu saja!" Kata Puteri Kuning dengan marah. "Sudah ah, aku
bosan. Kita mandi di danau saja!" ajak Puteri Nila. Mereka meninggalkan Puteri Kuning
seorang diri. Begitulah yang terjadi setiap hari, sampai ayah mereka pulang.
Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan puteri nya masih
bermain di danau, sementara Puteri Kuning sedang merangkai
bunga di teras istana. Mengetahui hal itu, raja menjadi sangat
sedih. "Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu
memberi apa-apa selain kalung batu hijau ini, bukannya warna
kuning kesayanganmu!" kata sang raja.
Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu
tak pernah ditemukannya. "Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat,
serasi benar dengan bajuku yang berwarna kuning," kata Puteri Kuning dengan lemah
lembut. "Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah,"
ucapnya lagi. Ketika Puteri Kuning sedang membuat teh, kakak-kakaknya berdatangan.
Mereka ribut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Puteri
Kuning, apalagi menanyakan hadiahnya. Keesokan hari, Puteri Hijau melihat Puteri Kuning
memakai kalung barunya. "Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu
menjadi milikku, karena aku adalah Puteri Hijau!" katanya dengan perasaan iri.
Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu," sahut Puteri Kuning. Mendengarnya,
Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut
mereka. "Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus
mengajarnya berbuat baik!" kata Puteri Hijau.
Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama
kemudian, Puteri Kuning muncul. Kakak-kakaknya
menangkapnya dan memukul kepalanya. Tak disangka,
pukulan tersebut menyebabkan Puteri Kuning meninggal.
"Astaga! Kita harus menguburnya!" seru Puteri Jingga.
Mereka beramai-ramai mengusung Puteri Kuning, lalu
menguburnya di taman istana. Puteri Hijau ikut mengubur
kalung batu hijau, karena ia tak menginginkannya lagi.
Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana puteri itu pergi. Kakakkakaknya
pun diam seribu bahasa. Raja sangat marah. "Hai para pengawal! Cari dan
temukanlah Puteri Kuning!" teriaknya. Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya.
Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja
sangat sedih. "Aku ini ayah yang buruk," katanya." Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat
jauh untuk belajar dan mengasah budi pekerti!" Maka ia pun mengirimkan puteriputerinya
untuk bersekolah di negeri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di
taman istana, sedih memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.
Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri
Kuning. Sang raja heran melihatnya. "Tanaman apakah ini?
Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau
bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan
sangat wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri
Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning.!" kata raja
dengan senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan
namanya. Bahkan, bunga- bunga
kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat
kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah
mati pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.
HIKMAH :
Kebaikan akan membuahkan hal-hal yang baik, walaupun kejahatan sering kali
menghalanginya.
http://kumpulan-dongeng.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar